Banda Aceh | AD – Terkait penyerahan Penghargaan yang di berikan oleh Bem Unsiyah Kepada Gubernur Aceh saat buka puasa bersama di Pendopo pada tanggal 18 Juni 2017.
Bem Hukum Unaya sangat menyanyangkan sikap tunduk dan menyerah pada kekuasaan tanpa alasan dan dasar yang faktuil.
Tindakan yang di lakukan BEM USK tersebut, dengan mengklaim atas BEM Se-Aceh adalah pecelehan terhadap BEM se aceh secara kolektif.
Ketua Bem Hukum Unaya,Andre Agustyan mengatakan bahwa penyerahan penghargaan yang di berikan oleh salah satu Bem unsyiah itu sungguh sangat menciderai independesi mahasiswa, seolah-olah pemberian penghargaan tersebut gubernur zaini abdullah telah sukses membangun Aceh 5 tahun ini, pada hak Zero, prestasinya hanya mutasi dan pembangunan yang stagnan dan monoton.
“Kami sangat menyanyangkan langkah yang di lakukan tersebut,seolah-oleh Bem-bem yang ada di aceh dapat di koordinir oleh satu pihak,ini sangat jelas kontraproduktif dengan realitas.
Sangat miris sekali, dimana Bem mahasiswa seharusnya mencerminkan pihak pengontrol jalannya pemerintahan sebagai representatif dari rakyat Aceh.
Pemberian penghargaan tersebut kami menilai sangat keliru di berikan, dikarenakan masih banyak program-program yang belum terealisasikan dengan semestinya selama ini dimasa kerja Pemerintah Aceh ketika Zaini Abdullah menjabat sebagai Gubernur Aceh yang masih perlu di telusuri, sebenarnya BEM Se Aceh jangan latah secepatnya memberi semacam penghargaan seperti itu, apalagi dengan pencatutan nama BEM Se Aceh tersebut bisa merusak Independensi Mahasiswa selaku Agent Of Change.
BEM Se-Aceh bukan OSIS yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler. Apalagi mahasiswa tidak mempunyai dana untuk memberikan semacam penghargaan tersebut.
Dalam kesempatan ini kami mengecam tindakan pencitraan Doto Zaini di ujung Pemerintahannya, seharusnya Audit BPK Ri terhadap pembangunan mesjid yang koruptif dan berbagai persoalan lainnya diselesaikan, agar tidak menjadi beban terhadap Pemerintahan Aceh kedepan.[R]