YARA Soroti Dampak Pembangunan Pabrik Semen di Pidie

oleh -143 views

Banda Aceh, AP-Pembangunan pabrik semen di Pidie dengan kapasitas 3 juta ton/tahun yang  sudah masuk dalam tahap prakonstruksi masih terkendala dengan berbagai persoalan lahan. Beberapa warga Kulee menyampaikan keluhan tentang lahan mereka yang belum diberikan ganti rugi oleh perusahaan, dan warga di sekitar lahan yang akan dibangun pabrik masih mengkhawatirkan dampak dari pembangunan pabrik semen tersebut.

Atas pengaduan tersebut Yayasan Advokasi Rakyat Aceh melakukan investigasi lapangan terhadap beberapa hal.
“Dan kami menyoroti hal hal yang berdampak penting bagi pemukiman dan alam sekitarnya, dan kami  menyoroti beberapa dampak,” ujar ketua YARA, Safaruddin, SH (Foto), dalam rilis persnya, Sabtu, 10 Juni 2017.
Sebut YARA, dampak negatif terhadap bentang alam dan nilai estetika akan terjasi dalam proses penambangan ini dan akan mempengaruhi  bentang alam di sekitarnya dari vegetasi (berbagai jenis tumbuhan dan tanaman yang menempati suatau ekosistem) berubah menjadi bentangan tanpa vegetasi.
“Perubahan ini dampak dari penambangan bahan batu kapur dan tanah liat. Hal ini juga akan merubah nilai estetika alam dalam proses penambangan dan pasca penambangan,” rincinya.
Kemudian sebutnya, dampak terhadap penurunan kualitas udara oleh debu kederaan dan debu semen, kadar gas SO2 dan NO yang bersumber dari kegiatan pabrik dari pembakaran batu bara yang dikeluarka dari cerobong pabrik (emisi), pengantongan semen pengisian semen curah dengan kapal dan penghacuran bahan baku.
Kemudian kata Safaruddin, juga akan berdampak terhadap kebisingan yang berasal dari Generator Listrik, proses penghacuran bahan baku dan penggililngan semen, selain itu tingkat getaran yang di timbulkan juga akan mempengaruhi sampai ke pemukiman, apalagi pada saat proses penggunaan bahan peledak untuk batuan yang keras dan hilir mudiknya trasportasi kenderaan pabrik yang melewati pemukiman.
Selain itu, pembangunan pabrik semen juga berdampak terhadap hidrologi yang disebabkan oleh penggunaan air sungai Krueng Bieheu untuk keperluan industry semen. Air sungai yang debitnya relatif kecil (sekitar 100 liter/detik) apalagi pada saat musim kemarau akan semanakin menurun akan sangat berdampak dengan kebutuhan air yang akan di gunakan oleh pabrikasi semen yang kapasitas 3 juta ton/tahun dengan kebutuhan rata rata air sekitar 50-60 liter/detik.
“Ini akan menimbulkan permasalahan bagi masyarakat yang selama ini menggunakan kebutuhan seperti MCK dari sungai tersebut. Selain itu kualitas air tanah juga akan turut mempengaruhi dari kegiatan pabrik semen,” urai Safarrudin.
Atas dasar itu, pihak YARA akan melakukan pengawasan publik dalam proses yang diadukan oleh masyarakat tersebut, dan meminta kepada Pemerintah agar melakukan pengawasan terpadu terhadap pembangunan pabrik tersebut sesuai dengan komitmen yang disampaikan oleh Perusahaan PT Semen Indonesia Aceh dalam dokumen AMDAL terpadu, Rencana Penggelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), sehingga keberadaan pabrik semen di Pidie dapat memberikan dampat positif bagi masyarakat.
“Kami juga akan menyurati PT Semen Indonesia agar segera menyelesaikan permasalahan lahan dengan masyarakat agar dalam oprasionalnya nanti tidak terjadi konflik dengan masyarakat disekitarnya,” pungkas dia. (r)